Membuka "bengkel" Pendidikan

Pendidikan di Indonesia saat ini sering menjadi sorotan, mulai dari peserta didik hingga pendidik. Baik berupa informasi yang positif juga negatif, bahkan seorang rekan mengatakan bahwa sehari-hari selalu mengkonsumsi berita negatif peserta didik dan pendidiknya juga. Kadang saya juga ingin mengatakan kepada "komentator-komentator" handal pendidikan di Indonesia, bahwa dimanapun dan kapanpun informasi negatif maupun positif mengenai dunia pendidikan mulai lembaga bahkan pelaku pendidikan tidak akan pernah sirna hingga hari kiamat. Karena dunia ini tidak terlepas dari pendidikan, orang bisa bisnis, bisa berpolitik, bisa memimpin dan lain-lain itu tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, jangan bosan jika kemana-mana mendengar informasi tentang pendidik atau peserta didik.

Sebagai manusia yang berfikir positif dan mengharapkan hal positif juga disekitar kita, hendaknya jadilah seorang "bengkel" yang selalu siap menerima "kerusakan" dan siap selalu untuk memperbaiki. Jangan hanya komentar belaka, seakan-akan seperti malaikat yang suci dari dosa dan hina. Ungkapkanlah rasa syukur kepada pencipta yang telah menutupi aib kita dengan menerima kondisi apapun, sehingga hal demikian menjadi tuntutan bagi kita untuk memperbaikinya dan tidak hanya komentar sana sini seakan-akan manusia sempurna saja.

Pendidikan saat ini memang dapat dikatakan dalam kondisi buram, mulai dari pelosok desa hingga tataran pemerintah pusat. Orang pandai dan layak dapat upah/gaji harus memiliki surat keterangan memiliki kemampuan profesional, walaupun proses pemfilteran "individu cerdas" tersebut  menggunakan "amplop" dan beragam macam jalan pintas dianggap pantas. Namun, jangan berkecil hati melihat kondisi demikian, jadikan itu motivasi bagi kita untuk bisa memperbaiki sistem tersebut, dari diri kita dan orang disekitar. Jangan habiskan waktu untuk menilai sesuatu yang sebenarnya kita dituntut untuk terjun kedalamnya sebagai pencerah, semoga saya, anda dan kita semua bisa menjadi revolusioner di dunia pendidikan dengan menggunakan senjata yaitu ikhlas, jujur, sabar dan bersyukur.