Blog Uluh Ngaju dalam Berbagi Mencapai Manfaat

lazada.co.id
pasang iklan baris gratisBanner 125x125Peluang usaha modal kecil

Pemimpin Tidak Selalu Benar

Share on :
Dalam beberapa jam lagi pemilu presiden akan dilaksanakan serentak seluruh Indonesia, para calon dituntut untuk mempersiapkan mental kalah dalam bersaing menuju istana kepresidenan, jangan hanya mengedepankan ego sebagai juara saja tapi harus mempersiapkan ego menerima kekalahan. Memang tidak menutup kemungkinan akan terjadi kontra atas hasil pemilu nanti, karena sudah tampak pada saat pra pemilu atau dalam beberapa hari ini. Berbagai argumen yang dikeluarkan sebagai respon ketidaksiapan mental dalam bertanding sangat tampak walau masih ada upaya untuk menutup dengan bertopengkan kepentingan rakyat. Sebagai rakyat jelata, hanya sebuah ungkapan harapan kepada presiden terpilih agar dapat menikmati kemerdekaan sesungguhnya, merdeka dari kebodohan, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari hegemoni aturan-aturan yang tidak jelas dan merdeka dari kepentingan luar negeri yang tidak memihak kepada anak bangsa.

Dalam kampanye mereka yang menggema, masih banyak kekhawatiran dalam diri masyarakat yang tidak dapat dihilangkan. Kubu Megawati Prabowo (megapro) mengatakan, apa yang dia lakukan adalah untuk rakyat dengan menyuarakan ekonomi kerakyatan, namun timbul dalam benak masyarakat indonesia, apakah dengan menjual saham indosat dan pelepasan beberapa pulau pada masa jabatannya adalah kepentingan rakyat? Kebijakan Prabowo pada tragedi Mei 1998 adalah upaya pembelaan atas rakyat? Itulah yang saat ini yang menjadikan rakyat selalu merasa kekhawatiran.

Kubu SBY Budiono juga tidak kalah dalam berargumen, mereka menyatakan bahwa kebijakan dalam periode SBY adalah upaya untuk mensejahterakan rakyat menengah kebawah maupun menengah keatas, namun timbul lagi pertanyaan masyarakat, kenapa upaya mensejahterakan rakyat pada pendekatan pilpres saja (2008-2009)? seperti kebijakan gaji guru, BLT dan lain-lain. Sehingga, dengan optimisnya SBY Budiono menyuarakan satu kata, yaitu LANJUTKAN !!!. Penilaian Yusuf Kalla dan Wiranto lain, mereka menyatakan bahwa kebijakan SBY terlambat atau memang sengaja diperlambat agar tepat waktu menghadapi pilgub dan pilpres, kebijakan SBY pun dianggap terlalu berpihak ke Asing atau investor yang dalam hal itu kurang memihak kepada Rakyat Indonesia. Sehingga Yusuf Kalla Wiranto gencar mendengungkan produksi dalam negeri dan fokus kebijakan harus cepat dan lebih baik sebagai langkah perlawanan kepada kebijakan SBY selama ini.

Walaupun demikian, masyarakat tidak langsung percaya dengan kampanye Yusuf Kalla Wiranto, karena sebelumnya Yusuf Kalla adalah wakil presiden SBY, jadi pertanyaan masyarakat selama ini, kenapa niatan baik Yusuf Kalla untuk mengedepankan produk dalam negeri dan melakukan kebijakan lebih cepat tidak dilaksanakan pada saat dia menjabat jadi wakil presiden? Padahal berjuang untuk Rakyat tidak harus duduk jadi presiden, tapi kapan pun?

Dalam postingan ini, tidak ada maksud untuk menyalahkan semua calon presiden, tapi harapan penulis kedepan, kalau melakukan kampanye tidak usah harus saling menjelekkan satu sama lain, karena penilaian masyarakat pada umumnya para calon juga memiliki banyak kelemahan yang harus dijadikan renungan dalam memimpin indonesia kedepan. Kedepankan visis dan misi untuk Indonesia lebih baik adalah sikap seorang calon presiden yang kompetitif dan bukan munafik. Hanya karena bersaing untuk mendapatkan kursi presiden saja, salah seorang presiden berat untuk mengajukan tangan untuk bersalaman dan yang lebih aneh lagi, untuk senyum sedikitpun tampak berat sekali. Apakah itu sikap seorang pemimpin? yang keberadaannya tidak hanya melakukan kebijakan saja, tapi sebagai panutan seluruh elemen masyarakat.

0 komentar on Pemimpin Tidak Selalu Benar :

Post a Comment and Don't Spam!

Terima Kasih atas komentarnya, Semoga kita bisa selalu Berbagi Mencapai Manfaat

 

Total Pageviews

Shop Online Ku

Shop Online Ku
Shop Online Recommended